Kata Christine Hakim tentang Film Indonesia

Penggalan Film Turah.
Sumber :
  • Repro Youtube

VIVA.co.id – Di zaman teknologi perfilman semakin maju, aktris senior Christine Hakim memperingatkan para sineas tanah air untuk harus berhati-hati, tidak terbuai dan tidak kehilangan kepekaan menangkap hal-hal yang sedang terjadi di masyarakat. 

Meneropong Karier Stani Arifasti, dari Sinetron Lokal hingga Film Internasional

"Persoalan-persoalan yang luput itu bukan persoalan-persoalan yang besar justru persoalan-persoalan yang sangat mendasar, misalnya soal kemanusiaan," ujar Christine saat ditemui di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jumat malam, 23 September 2017.

Ia menyontohkan film Turah yang baru saja diputuskan komite seleksi film Indonesia Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) untuk berangkat ke Festival Film Oscar.

Perjalanan Karier Komika Babe Cabita, Juara SUCI 3 Kini Bisnis Kuliner

"Itu film yang sangat sederhana dengan tema sederhana dan juga jujur mengungkapkan kehidupan yang sangat munafik ini, itu yang luput dari kita," ujarnya.

Menurutnya, kejujuran sekarang sudah jadi barang langka termasuk di dalam film, lantaran korupsi dan kemunafikan sudah menjadi budaya dan dianggap wajar.

Ditonton 100 Ribu Orang, Film Onde Mande! Tambah Layar

Kemudian, anak didik sutradara idealis Teguh Karya, Christine Hakim menyatakan bersyukur Teguh tidak hidup di zaman sekarang. Teguh Karya dengan nama lahir Steve Liem Tjoan Hok adalah warga negara Indonesia keturunan China.

Dia merupakan pemimpin dari Teater Populer dan telah menghasilkan banyak film berkualitas dengan ideologi kejujurannya dan tidak menggurui. Film-filmnya telah melahirkan banyak aktor dan aktris terkemuka Indonesia, seperti Slamet Rahardjo, Christine Hakim dan Alex Komang.

Christine mengatakan bahwa Teguh memiliki sudut pandang pendekatan dan dedikasi terhadap sosial kemanusiaan dalam setiap karyanya dengan gaya anti-mainstream. Sehingga pada tragedi Mei 1998 ia sempat jatuh sakit karena peristiwa tersebut menyinggung keberadaannya.

Lalu, seperti diketahui, menjelang Pilkada DKI Jakarta persoalan rasisme mengenai keturunan China sempat mencuat dan menjadi pembicaraan nasional.

"Walaupun dalam bentuk yang berbeda, contohnya di zaman Pilkada, saya tidak terbayang kalau pak Teguh masih hidup apa tekanan yang dia rasakan. Saya bersyukur pak Teguh tidak hidup di zaman ini, karena saya melihat sekarang masalah keberagaman semakin ada ada saja," ujar Christine.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya